Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BeritaJawa TimurTrenggalek

Dukung Net Zero Carbon, Pegawai Setda Trenggalek Tanam 750 Bibit Mangrove di Pancer Cengkrong

×

Dukung Net Zero Carbon, Pegawai Setda Trenggalek Tanam 750 Bibit Mangrove di Pancer Cengkrong

Sebarkan artikel ini
egawai di lingkup Sekretariat Daerah (Setda) Trenggalek melakukan penanaman 750 bibit pohon Mangrove di kawasan Pancer Cengkrong, Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo.
Example 468x60

Trenggalek – Dalam upaya mendukung program Net Zero Carbon, pegawai di lingkup Sekretariat Daerah (Setda) Trenggalek melakukan penanaman 750 bibit pohon Mangrove di kawasan Pancer Cengkrong, Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan hutan Mangrove yang memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Trenggalek, Ir. Mulyahandaka, menyatakan bahwa penanaman Mangrove ini merupakan langkah strategis dalam menjaga keseimbangan lingkungan. “Mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida dengan sangat baik, bahkan mampu menyimpan karbon hingga lima kali lebih banyak dibandingkan dengan hutan dataran tinggi tropis,” ujarnya.

Example 300x600

Selain itu, Mangrove juga berperan dalam menyaring polutan dari air, mengendalikan aliran air, serta mencegah erosi tanah. Oleh karena itu, pemilihan tanaman Mangrove sebagai bagian dari aksi pelestarian lingkungan menjadi keputusan yang tepat.

Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Hutan Mangrove Cengkrong, Imam Saefudin, mengungkapkan bahwa hutan Mangrove di kawasan tersebut telah ada sejak era kolonial Belanda. Namun, sekitar tahun 2002-2003, terjadi krisis ekologis yang mengakibatkan hilangnya sumber daya perikanan selama hampir dua tahun. Saat itu, banyak masyarakat yang menebangi Mangrove untuk bertahan hidup akibat belum adanya regulasi yang melindungi ekosistem tersebut.

Dampak dari perusakan hutan Mangrove mulai dirasakan pada tahun 2024, di mana banyak biota laut seperti kepiting, kerang, dan siput mengalami penurunan drastis. Kesadaran masyarakat pun meningkat, sehingga dengan bantuan Dinas Perikanan dan Kelautan, dibentuklah Pokmaswas yang bertugas untuk mengawasi dan melestarikan Mangrove.

Berbagai upaya pelestarian yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Saat ini, ekosistem Mangrove di Pancer Cengkrong telah pulih, sehingga populasi biota laut kembali melimpah. “Jika digali, ada ratusan ton kerang dan kroco yang rasanya sangat enak. Populasi ini akan terus terjaga selama Mangrove tetap lestari,” ujar Imam Saefudin.

Sementara itu, Imam Bonjol, anggota Pokmaswas lainnya, menyebut bahwa Hutan Mangrove di Trenggalek merupakan salah satu yang paling lengkap di Jawa Timur, dengan 55 jenis tanaman Mangrove yang mendominasi kawasan tersebut. Di antaranya adalah Mangrove jenis Rizophora, Sonneratia, dan Api-Api. “Mangrove Rizophora yang ditanam oleh pegawai Setda Trenggalek ini sangat kuat menahan banjir dan abrasi. Akarnya juga berfungsi sebagai filter alami untuk sampah yang terbawa arus sebelum mencapai laut,” jelasnya.

Selain sebagai benteng ekologi, hutan Mangrove di Trenggalek juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Berbagai produk olahan seperti sirup, dodol, kopi, dan batik berbahan dasar Mangrove telah dikembangkan oleh masyarakat setempat. Salah satu contohnya adalah sirup yang dibuat dari buah Mangrove Sonneratia Caseolaris atau yang dikenal dengan sebutan Bogem.

Dengan luas lebih dari 100 hektare, Hutan Mangrove di Pancer Cengkrong menjadi contoh nyata keberhasilan konservasi lingkungan berbasis masyarakat. Bahkan, kawasan lain seperti Kecamatan Munjungan dan Panggul juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai bagian dari upaya pelestarian ekosistem Mangrove di Trenggalek.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *